Minggu, 20 Maret 2011

SAMPAH, BARANG BEKAS DAN NILAI BISNIS

Persoalan sampah adalah persoalan siapa saja. Setiap orang, keluarga, kelompok masyarakat lainnya juga menghasilkan sampah. Seorang ibu tangga yang memasak dan menyiapkan makananuntuk keluarganya, akan menghasilkan sisa-sisa bahan yang tidak berguna dan akan dibuang di bak sampah. Karena itu semua pihak bertanggung jawab dalam masalah sampah.
Begitu juga dengan kalangan dunia usaha yang telah banyak mengambil manfaat dan keuntungan dari bisnisnya. Para pelaku bisnis yang memproduksi suatu barang, tentu juga akan menghasilkan sampah yang tidak sedikit. Bahkan kemasan produk yang telah sampai di tangan pun tentu akan menjadi sampah, dan barang bekas yang dibuang. Pertanyaannya adalah apakah misi bisnis setiap pengusaha sudah mengikutsertakan nilai-nilai dalam pengelolaan sampah yang dihasilkannya?
Data dari Kantor Kementerian Linkungan Hidup (KLH) menyebutkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan setiap kota di Indonesia rata-rata mencapai 200 ton setiap harinya. Ini tentu fakta yang mencengangkan. Ironisnya, kemampuan pemerintah, terutama pemerintah daerah dalam mengelola sampah ternyata masih sangat rendah. Syarat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang menjadi tumpuan dalam pengolahan sampah sangat jauh dari yang diharapkan.
Melihat fakta ini kita tentu maklum dengan berberbagai bencana yang melanda berbagai kota dari sampah sampah yang menggunung tersebut. Begitu juga dengan sejumlah bencana alam berupa tanah longsor yang menelan banyak korban jiwa mengiringi problem sampah di berbagai daerah.
Pada sisi lain, tidak sedikit pula tangan-tangan kreatif yang mampu menyulap sampah(baca : barang bekas) menjadi produk bisnis yang komersial. Sebut saja diantaranya produk kerajinan kertas daur ulang, produk kerajinan cangkang telor, yang memanfaatkan sampah dari kulit telor, ataupun seperti yang dilakukan komunitas ‘Cling of Uwuh’ yang mampu mengelola dan mengolah sampah kemasan plastik menjadi berbagai produk komersial.
Dari problem sampah yang mengancam kelangsungan kehidupan bumi, kita dapat belajar banyak. Untuk menjadi pengusaha, kita tentunya tak boleh sekedar mengejar keuntungan semata. Sejak awal menjalankan bisnis, sudah semestinya kita bertanggung jawab terhadap sampah bisnis yang dihasilkan. Seperti halnya sebagai pengusaha muslim, unsure syariah dalam berbisnis harus kita tetapkan agar keuntungan yang diperoleh juga halal, barokah, dan toyibah. Pada sisi lain, untuk mejalankan usaha kita juga tak perlu menunggu ide besar untuk membuat sebuah ide bisnis. Karena tidak sedikit idea taupun sumber bahan untuk bisnis ternyata berceceran dan terhampar disekitar kita, termasuk barang-barang bekas yang terbuang. Sekarang tinggal kreativitas, kemauan, dan niat dalam menjalankan bisnis itu.

Sumber : majalah pengusaha muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar